Geografi & Perjalanan

Penelitian baru menggambar ulang sejarah iklim Sahara menggunakan danau yang menghilang

Sebkha El Melah Lake Aljazair September 2024
Danau Sahara barat laut yang biasanya kering, Sebkha El Melah, diisi untuk ketujuh kalinya sejak awal abad ke -21. Banjir ini, pada bulan September 2024, yang terjadi setelah penelitian dilakukan, terjadi karena curah hujan yang berat di Sahara yang terkait dengan pola atmosfer yang sama yang dijelaskan dalam makalah, di mana kelembaban Atlantik didorong jauh ke padang pasir. Kredit: Landsat 9 Imagery berasal dari aplikasi Worldview NASA (https://worldview.earthdata.nasa.gov), bagian dari sistem data dan informasi Ilmu Bumi NASA (ESDIS).

Penelitian baru mengungkapkan bahwa hanya badai yang bersumber dari Atlantik yang bertanggung jawab untuk mengisi danau yang biasanya kering di Sahara barat laut, membatalkan asumsi sebelumnya tentang pengaruh monsun.

Penelitian baru mengungkapkan bahwa curah hujan yang intens yang berasal dari Samudra Atlantik adalah pendorong utama peristiwa pengisian danau modern di Sahara barat laut. Studi ini menunjukkan bahwa hanya peristiwa curah hujan yang paling parah dan tahan lama yang mengarah pada formasi danau yang langka ini, menantang asumsi sebelumnya tentang iklim masa lalu di kawasan itu. Temuan menunjukkan bahwa proyeksi peningkatan intensitas curah hujan dan frekuensi di seluruh Sahara dapat secara signifikan memengaruhi ketersediaan air di masa depan di padang pasir.

Studi ini, baru -baru ini diterbitkan di Ilmu Hidrologi dan Sistem Bumidipimpin oleh Joëlle Rieder di ETH Zurich, di bawah pengawasan Dr. Moshe Armon (Universitas Ibrani) dan Dr. Franziska Aemisegger (Universitas Bern), bekerja sama dengan Dr. Elad Dente (Universitas Haifa). Ini memberi cahaya baru pada mekanisme meteorologis di balik pengisian danau yang biasanya kering di Sahara barat laut. Dengan menghubungkan peristiwa hidrologi saat ini dengan pola iklim masa lalu, penelitian ini menawarkan wawasan yang berharga tentang bagaimana perubahan iklim di masa depan dapat membentuk sumber daya air di daerah kering.

Gurun Sahara, salah satu tempat paling kering di bumi, tidak selalu kering seperti sekarang ini. Bukti prasejarah lahan basah di Sahara menunjuk ke periode yang lebih basah di masa lalu, tetapi para ilmuwan telah lama memperdebatkan sumber kelembaban yang bertanggung jawab atas badan air kuno ini. Studi ini meneliti bagaimana Danau Sebkha El-Melah yang saat ini kering di Aljazair Barat kadang-kadang diisi dengan air, menjelaskan peristiwa badai ekstrem yang diperlukan untuk menopang badan air tersebut.

Temuan utama

  • Antara tahun 2000 dan 2021, ratusan badai hujan yang kuat dicatat di cekungan drainase danau, namun hanya enam contoh yang mengarah ke peristiwa pengisian danau yang substansial.
  • Peristiwa pengisian danau ini didorong oleh sistem presipitasi yang berasal dari Samudra Atlantik, daripada sumber-sumber khatulistiwa seperti yang diyakini sebelumnya.
  • Proses transportasi kelembaban melibatkan interaksi siklon ekstratropis di dekat pantai Atlantik Afrika Utara dengan pola atmosfer tingkat atas, menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk peristiwa curah hujan yang berat.
  • Faktor penting dalam peristiwa ini adalah efek daur ulang-domino, di mana kelembaban semakin diangkut dan ditingkatkan di atas Sahara sebelum mencapai cekungan drainase danau.
  • Stasioneritas sistem cuaca, biasanya yang berlangsung tiga hari, berkontribusi signifikan terhadap terjadinya peristiwa pengisian danau.

Penelitian ini menantang teori -teori konvensional yang menunjukkan bahwa danau prasejarah di Sahara terutama diisi oleh hujan monsun dari selatan. Sebaliknya, ini menyoroti peran badai asal Atlantik, yang memberikan kelembaban laut ke padang pasir, melewati pegunungan Atlas. Temuan ini memiliki implikasi penting untuk memahami kondisi iklim masa lalu dan memprediksi perubahan hidrologi di masa depan dalam lingkungan gurun.

Studi ini lebih lanjut menunjukkan bahwa potensi pergeseran iklim di masa depan – didorong oleh pemanasan global – memiliki potensi untuk mengisi danau Saharan tidak hanya karena meningkatnya curah hujan, tetapi juga karena perubahan frekuensi badai hujan ekstrem. Ini dapat membentuk kembali ketersediaan air di wilayah tersebut, dengan konsekuensi yang signifikan untuk ekosistem dan pemukiman manusia.

Dengan mengintegrasikan ilmu iklim, meteorologi, penginderaan jauh, dan hidrologi, penelitian ini menjembatani kesenjangan pengetahuan yang kritis dan memberikan kerangka kerja untuk studi masa depan tentang hidrologi gurun Sahara dan dinamika iklim.

Referensi: “Bahan Meteorologi Curah hujan yang berat dan episode pengisian danau berikutnya di Sahara barat laut” oleh Joëlle C. Rieder, Franziska Aemisegger, Elad Dente dan Moshe Armon, 17 Maret 2025, Ilmu Hidrologi dan Sistem Bumi.
Doi: 10.5194/hess-29-1395-2025

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button