Arsitektur Timur Dekat Awal Jauh Lebih Maju Dari Yang Kita Perkirakan


Analisis komputasi terhadap arsitektur Timur Dekat awal mengungkapkan teknik bangunan yang canggih dan variabilitas bentuk yang tinggi sejak periode Natufian, sehingga menantang narasi tradisional.
Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa perkembangan arsitektur awal di Timur Dekat lebih canggih dari perkiraan tradisional, sehingga menantang narasi konvensional mengenai perkembangan sederhana dari struktur bulat ke persegi panjang selama periode Neolitikum.
Dengan memperkenalkan metode komputasi inovatif untuk menganalisis sisa-sisa arsitektur, penelitian ini menawarkan cara yang obyektif dan berulang untuk memeriksa garis besar bangunan. Pendekatan ini mengungkap rincian yang mungkin terlewatkan oleh metode kualitatif, seperti penghitungan sudut yang tepat pada struktur yang berasal dari periode Natufian, yang menunjukkan bahwa teknik bangunan canggih muncul lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Studi ini juga menyoroti keragaman arsitektur selama periode Natufian dan awal Neolitikum, yang menunjukkan bahwa peraturan bangunan dan praktik standar lainnya belum muncul. Temuan-temuan ini memberikan wawasan baru mengenai perubahan sosial dan teknologi yang menyertai munculnya pemukiman permanen dan ekonomi pertanian.
Metodologi Komputasi Inovatif
Sebuah studi baru-baru ini yang dipimpin oleh para peneliti dari Institut Arkeologi di Universitas Ibrani—Hadas Goldgeier, Dr. Antoine Muller, dan Prof. Leore Grosman—memperkenalkan metode komputasi baru untuk menganalisis perkembangan arsitektur pemukiman awal. Dengan menawarkan pendekatan obyektif dan berulang dalam mengkaji peninggalan arsitektur, studi ini memberikan perspektif baru mengenai transisi dari struktur bulat ke persegi panjang selama periode Neolitik di Timur Dekat.
Bentuk arsitektur telah lama dikaitkan dengan perubahan masyarakat seperti perubahan organisasi sosial, demografi, dan strategi ekonomi. Namun, interpretasi tradisional terhadap arsitektur awal mengandalkan metode kualitatif, yang mungkin terlalu menyederhanakan tren yang kompleks.

Studi ini memberikan perspektif baru dengan mendigitalkan garis besar bangunan dan menggunakan alat komputasi untuk mengukur morfologi dua dimensinya secara objektif. Dengan menggunakan ukuran seperti arah vektor normal dan sudut minimum, tim menganalisis 118 struktur dari 23 situs di wilayah Mediterania dan Lembah Jordan, yang berasal dari budaya Natufian hingga awal Neolitik (15.000–8.500 tahun lalu).
Perspektif Baru tentang Teknik Pembangunan Awal
Hasilnya mengungkapkan gambaran yang jauh lebih bernuansa dibandingkan dengan narasi konvensional “bulat-hingga-persegi panjang”. Struktur dengan sudut siku-siku, yang sebelumnya dikaitkan dengan fase arsitektur selanjutnya, ditemukan sejak periode Natufian, yang mencerminkan kemajuan signifikan dalam teknologi bangunan pada tahap lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Selain itu, variabilitas bentuk struktur paling tinggi selama periode Natufian dan awal Neolitikum, yang mencerminkan kurangnya konvensi formal. Namun, pada masa Neolitikum, bentuk arsitektur menunjukkan keseragaman yang lebih besar, yang berpotensi menandakan munculnya tradisi bangunan yang dikodifikasi.
Studi ini tidak hanya menantang penafsiran tradisional namun juga menyoroti perubahan sosial dan teknologi yang menyertai transisi menuju pemukiman permanen dan perekonomian pertanian. Metodologi komputasi menawarkan lensa inovatif untuk memahami sejarah arsitektur, menunjukkan bagaimana analisis kuantitatif dapat mengungkap tren yang masih tersembunyi dalam pendekatan kualitatif.
Dengan menekankan variabilitas dinamis dan kecerdikan teknologi para pembangun awal, penelitian ini memberikan cahaya baru pada permulaan arsitektur di Levant dan menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan alat analisis modern ke dalam studi arkeologi.
Referensi: “Perspektif komputasi tentang dinamika arsitektur awal” oleh Hadas Goldgeier, Antoine Muller dan Leore Grosman, 21 November 2024, Penelitian Arkeologi di Asia.
DOI: 10.1016/j.ara.2024.100571