Kelemahan Tersembunyi dalam Ilmu Forensik
Peneliti mengungkap kompleksitas dan keterbatasan forensik DNA analisis, terutama ketika berhadapan dengan campuran DNA dari kelompok yang secara genetik serupa.
Penelitian tersebut, yang menggunakan simulasi campuran genetik, menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tersebut lebih rentan terhadap hasil positif palsu, sehingga meningkatkan kekhawatiran etis mengenai penggunaan bukti DNA dalam penyelidikan kriminal.
Tantangan DNA Forensik
Penyekaan DNA dari gagang pintu atau gelas minuman tidak selalu merupakan cara yang mudah untuk menentukan siapa yang melakukan kejahatan.
Peneliti di Universitas Oregonmenulis di jurnal iSainsmenemukan bahwa analisis DNA forensik menjadi kurang dapat diandalkan ketika menangani campuran DNA dari kelompok dengan keragaman genetik yang rendah. Dalam kasus seperti ini, teknik ini kemungkinan besar akan salah mengidentifikasi orang yang tidak bersalah yang hadir di lokasi kejadian – sebuah kesalahan yang berpotensi mengubah hidup.
Kemajuan dan Keterbatasan Teknik Analisis DNA
Analisis DNA modern sangat sensitif, mampu mendeteksi jejak kecil materi genetik yang ditinggalkan oleh sel kulit. Hal ini memungkinkan ilmuwan forensik untuk menghubungkan DNA dengan individu tertentu. Namun, sensitivitas ini memiliki tantangan: sampel DNA sering kali mengandung materi genetik dari banyak orang, seperti setiap orang yang baru saja menyentuh pegangan pintu yang sama. Hal ini dapat mempersulit penentuan DNA siapa yang relevan dengan penyelidikan.
Dengan melihat variasi penanda genetik tertentu dalam sampel dan membandingkannya dengan DNA tersangka, peneliti dapat mengukur kekuatan bukti yang menghubungkan orang tertentu dengan campuran tersebut.
Dampak Keturunan Genetik terhadap Akurasi Analisis DNA
Analisis campuran DNA bisa menjadi berguna jika digunakan dengan benar, namun penting untuk memahami keterbatasan teknik ini dan kapan harus digunakan dengan sangat hati-hati, kata Rori Rohlfs, ilmuwan data di Universitas Oregon yang memimpin penelitian bersama sekelompok peneliti sarjana. dari Universitas Negeri San Francisco.
Rohlfs dan timnya ingin melihat bagaimana hal tersebut ketepatan Pendekatan itu dipengaruhi oleh keturunan genetik seseorang. Mereka menyisir database genetik yang diterbitkan sebelumnya untuk mendapatkan data frekuensi varian genetik tertentu untuk kelompok orang dengan keturunan genetik berbeda. Kemudian, mereka menggunakan perangkat lunak analisis forensik untuk mensimulasikan profil individu, serta campuran DNA yang mewakili kelompok orang dari latar belakang genetik berbeda.
Pada campuran dengan keragaman genetik yang lebih rendah, tim menemukan bahwa teknik ini lebih mungkin menghasilkan hasil positif palsu; yaitu, salah menghubungkan seseorang dengan campuran yang sebenarnya tidak terlibat. Dan masalahnya menjadi lebih buruk ketika campuran tersebut mengandung DNA dari lebih banyak orang.
“Keakuratan analisis campuran DNA sangat bervariasi berdasarkan keturunan genetik,” kata Rohlfs. “Kelompok dengan varian genetik yang kurang beragam akan memiliki tingkat inklusi palsu yang lebih tinggi untuk analisis campuran DNA, dan ini menjadi lebih buruk jika Anda memiliki lebih banyak kontributor.”
Pertimbangan Etis dalam Penelitian Genetika
Penelitian ini melibatkan simulasi campuran genetik yang dihasilkan dari kumpulan data yang kompleks, sehingga para peneliti tidak dapat secara spesifik mengatakan bahwa teknik tersebut kurang akurat untuk kelompok keturunan genetik tertentu. Ditambah lagi, label ras dan etnis tradisional seringkali terlalu luas dan tidak selalu akurat sesuai dengan keturunan genetik, kata Rohlfs.
“Keakuratan analisis campuran DNA sangat bervariasi berdasarkan keturunan genetik. Kelompok dengan varian genetik yang kurang beragam akan memiliki tingkat inklusi palsu yang lebih tinggi untuk analisis campuran DNA, dan ini menjadi lebih buruk ketika Anda memiliki lebih banyak kontributor.”
Rori Rohlfs, ilmuwan data UO
Namun, beberapa contoh kelompok yang mungkin memiliki keragaman genetik yang lebih sedikit mencakup kelompok Pribumi, Latin, atau Kepulauan Pasifik tertentu.
Penelitian ini juga mencerminkan tantangan dalam melakukan penelitian genetika yang etis, kata Rohlfs. Banyak penelitian yang dilakukan timnya untuk mendapatkan data tidak serta merta menerapkan persetujuan berdasarkan informasi (informed consent) saat mengumpulkan DNA orang, dan terkadang mengambil sampel dari orang yang dipenjara. Tim peneliti memilih untuk hanya memasukkan data dari subjek yang persetujuannya dapat diverifikasi, sehingga membatasi kumpulan data mereka.
Rohlfs saat ini sedang membangun laboratoriumnya di UO, dan dia berharap untuk terus menyelidiki keakuratan teknik analisis DNA forensik lainnya yang sedang berkembang.
Referensi: “Penurunan akurasi analisis campuran DNA forensik untuk kelompok dengan keragaman genetik lebih rendah” oleh Maria Flores, Evan Ho, Cara Ly, Niquo Ceberio, Miguel Guardado, Kamillah Felix, Hannah Mariko Thorner, Matt Paunovich, Chris Godek, Carina Kalaydjian dan Rori V.Rolfs, 28 September 2024, iSains.
DOI: 10.1016/j.isci.2024.111067