Membuka Keseimbangan Energi Bumi: CubeSat NASA Menjelajahi Kehilangan Panas Kutub
NASAMisi PREFIRE menggunakan dua CubeSat kecil untuk mengukur radiasi inframerah jauh yang dipancarkan wilayah kutub bumi, menawarkan wawasan yang belum pernah ada sebelumnya mengenai kontribusi Arktik dan Antartika terhadap keseimbangan energi planet ini.
Meskipun GPS tantangannya, satelit telah berhasil mengumpulkan dan mengirimkan data sejak pertengahan tahun 2023, menggunakan metode geolokasi alternatif.
Misi PREFIRE NASA
Dua satelit seukuran kotak sepatu, bagian dari misi Energi Radiasi Kutub NASA dalam Eksperimen Inframerah Jauh (PREFIRE), mengukur panas yang dipancarkan sebagai radiasi inframerah jauh dari Arktik dan Antartika ke luar angkasa. Jenis data ini belum pernah dikumpulkan secara sistematis sebelumnya dan memberikan wawasan penting mengenai keseimbangan energi bumi.
Pengukuran ini akan membantu para peneliti lebih memahami kapan dan di mana wilayah kutub melepaskan radiasi inframerah jauh dan bagaimana faktor-faktor seperti uap air di atmosfer dan awan mempengaruhi jumlah panas yang keluar.
Mengatasi Tantangan GPS dan Pengumpulan Data
Satelit kubus pertama, atau CubeSat, diluncurkan pada 25 Mei dari Selandia Baru dan mulai mengirimkan kembali data sains pada bulan Juli. Diluncurkan pada tanggal 5 Juni, CubeSat kedua mengalami masalah dengan unit GPS-nya, yang rencananya akan digunakan oleh para peneliti untuk membantu melakukan geolokasi data sains dari satelit.
Setelah unit GPS pada CubeSat pertama juga mulai mengalami masalah, tim PREFIRE memutuskan untuk mematikan unit GPS pada kedua CubeSat dan menggunakan metode alternatif untuk melakukan geolokasi data sains. CubeSat kedua mulai mengirimkan kembali data sains pada bulan Agustus. Masalah GPS tidak mempengaruhi operasi sains CubeSat.
Ketersediaan Data Publik dan Penerapannya di Masa Depan
Produk data awal dari kedua CubeSat tersedia untuk umum pada akhir Oktober melalui Pusat Data Sains Atmosfer NASA. Produk data selanjutnya dijadwalkan untuk dirilis ke publik pada awal tahun 2025. Data dari misi tersebut akan membantu para peneliti memprediksi dengan lebih baik bagaimana perubahan iklim akan berdampak pada es, lautan, dan cuaca di planet ini. Informasi ini dapat digunakan untuk membantu masyarakat di seluruh dunia agar lebih siap menghadapi perubahan pola iklim dan cuaca.