Sains & Teknologi

Para Ilmuwan Memperingatkan: “Kehidupan Cermin” Sintetis Dapat Menimbulkan Risiko yang Belum Pernah Ada Sebelumnya

Ilustrasi Konsep Biologi Fisika Cermin Abstrak
Bakteri cermin sintetis dapat menimbulkan risiko kesehatan dan ekologi yang serius, sehingga memicu seruan untuk melakukan upaya luas untuk menilai dan memitigasi potensi bahaya. Kredit: SciTechDaily.com

Para peneliti memperingatkan potensi risiko dari pengembangan organisme sintetis yang disebut bakteri cermin, yang telah membalikkan sifat kiralitas molekuler.

Organisme ini dapat menghindari sistem kekebalan tubuh, mengganggu ekosistem alami, dan menimbulkan ancaman terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.

Potensi Risiko Bakteri Cermin

Para peneliti telah menerbitkan studi baru di jurnal Sains menyoroti potensi risiko yang terkait dengan perkembangan bakteri cermin – organisme sintetis dengan kiralitas molekuler terbalik, yang berarti struktur molekulnya adalah gambaran cermin dari bentuk kehidupan yang terjadi secara alami.

Meskipun penciptaan bakteri cermin masih membutuhkan waktu satu dekade lagi, kemajuan signifikan telah dicapai dalam beberapa tahun terakhir. Studi ini memperingatkan bahwa organisme ini dapat menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan jika dikembangkan. Para penulis mendesak para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk terlibat dalam diskusi global guna lebih memahami dan memitigasi potensi bahaya ini.

Kolaborasi Pakar dan Temuan Penelitian

Studi ini dilakukan oleh 38 ahli dari sembilan negara, dengan spesialisasi di bidang imunologi, patologi tanaman, ekologi, biologi evolusi, biosekuriti, dan ilmu keplanetan. Temuan mereka disertai dengan laporan teknis komprehensif setebal 300 halaman yang memberikan analisis mendalam.

Meskipun ancaman apa pun tidak akan terjadi, namun Sains makalah menemukan bahwa bakteri cermin dapat menimbulkan risiko serius. Pertahanan kekebalan pada manusia, hewan, dan tumbuhan bergantung pada pengenalan bentuk molekul spesifik yang ditemukan pada bakteri yang menyerang. Jika bentuk-bentuk ini tercermin – seperti pada cermin bakteri – pengenalan akan terganggu dan banyak pertahanan kekebalan dasar akan gagal, sehingga berpotensi membuat organisme rentan terhadap infeksi.

Dampak dan Penyebaran Lingkungan

Analisis tersebut juga menunjukkan bahwa bakteri cermin di lingkungan mungkin mampu menghindari predator alami seperti fag dan protista, yang sangat bergantung pada interaksi yang dimediasi kiral untuk membunuh bakteri dan membatasi populasinya. Transportasi melalui hewan dan manusia dapat memungkinkan penyebaran antar ekosistem yang beragam. Populasi bakteri cermin yang terus-menerus dan tersebar luas di lingkungan akan membuat manusia, hewan, dan tumbuhan menghadapi risiko infeksi yang berkelanjutan – sebuah ancaman serius bagi manusia dan ekosistem global.

Kesimpulan dan Arah Masa Depan

Para penulis menyerukan penelitian lebih lanjut terhadap temuan mereka dan menyimpulkan bahwa, kecuali muncul bukti kuat bahwa organisme ini tidak menimbulkan bahaya yang luar biasa, bakteri cermin tidak boleh diciptakan. Khususnya, kelompok tersebut mencakup beberapa penulis yang sebelumnya menganggap penciptaan bakteri cermin sebagai tujuan aspirasional jangka panjang.

Makalah ini menandai titik awal untuk diskusi yang lebih luas tentang risiko bakteri cermin, termasuk partisipasi komunitas ilmiah global, pembuat kebijakan, penyandang dana penelitian, dan pemangku kepentingan lainnya. Beberapa penulis makalah ini terlibat dalam perencanaan serangkaian acara sepanjang tahun 2025, termasuk acara yang direncanakan di Institut Pasteur di Perancis, Universitas Manchester di Inggris dan Universitas Nasional Singapura, untuk meneliti temuan makalah dan diskusikan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah risiko dari bakteri cermin.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, lihat Jenis Kehidupan Baru yang Dapat Menimbulkan Ancaman Global.

Referensi: “Menghadapi risiko kehidupan cermin” oleh Katarzyna P. Adamala, Deepa Agashe, Yasmine Belkaid, Daniela Matias de C. Bittencourt, Yizhi Cai, Matthew W. Chang, Irene A. Chen, George M. Church, Vaughn S. Cooper , Mark M. Davis, Neal K. Devaraj, Drew Endy, Kevin M. Esvelt, John I. Glass, Timothy W. Hand, Thomas V. Inglesby, Farren J. Isaacs, Wilmot G. James, Jonathan DG Jones, Michael S. Kay, Richard E. Lenski, Chenli Liu, Ruslan Medzhitov, Matthew L. Nicotra, Sebastian B. Oehm, Jaspreet Pannu, David A. Relman, Petra Schwille, James A. Smith, Hiroaki Suga, Jack W. Szostak, Nicholas J. Talbot, James M. Tiedje, J. Craig Venter, Gregory Winter, Weiwen Zhang, Xinguang Zhu dan Maria T. Zuber, 12 Desember 2024, Sains.
DOI: 10.1126/science.ads9158

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
This site is registered on wpml.org as a development site. Switch to a production site key to remove this banner.