Suara Universal Emosi Manusia
Para peneliti menyelidiki vokalisasi dan kata seru untuk rasa sakit, kegembiraan, dan rasa jijik dalam 131 bahasa.
Sebuah studi linguistik internasional mengidentifikasi ekspresi vokal rasa sakit yang konsisten di berbagai budaya, namun menemukan keseragaman yang lebih sedikit dalam ekspresi kegembiraan dan rasa jijik.
Keanekaragaman Linguistik dan Ekspresi Emosional
Diperkirakan ada 7.000 bahasa yang digunakan di seluruh dunia, masing-masing bahasa memiliki cara unik untuk mengekspresikan emosi manusia. Namun apakah emosi tertentu memiliki karakteristik vokal universal yang tersebar di seluruh bahasa tersebut?
Sebuah tim ahli bahasa dan bioakustik yang dipimpin oleh Maïa Ponsonnet, Katarzyna Pisanski, dan Christophe Coupé menyelidiki pertanyaan ini. Dalam penelitian mereka yang diterbitkan hari ini (12 November) di Jurnal Persatuan Akustik Amerikaatas nama Acoustical Society of America, mereka membandingkan kata seru ekspresif (seperti “wow!”) dengan vokalisasi nonlinguistik (seperti jeritan dan tangisan) dari budaya di seluruh dunia.
Perbandingan Asal Usul Ucapan Manusia dan Vokalisasi Hewan
Pisanski mencatat bahwa memeriksa vokalisasi seperti tangisan, jeritan, dan tawa dapat memberikan wawasan tentang asal usul ucapan.
“Mengapa kita manusia mulai berbicara, sedangkan primata lainnya tidak? Kita semua menghasilkan tawa, dan ratusan jenis menghasilkan vokalisasi yang seperti permainan,” kata Ponsonnet. “Namun kita adalah satu-satunya spesies yang mengembangkan bahasa lisan. Melihat kesamaan antar spesies dapat membantu kita memahami di mana manusia menyimpang dan bagaimana caranya.
“Yang penting, dengan membandingkan kata seru dengan vokalisasi yang mengekspresikan emosi yang sama, kita dapat menguji apakah pola akustik yang kita amati dalam kata seru dapat ditelusuri kembali ke vokalisasi.”
Menganalisis Pola Vokal dalam Berbagai Budaya
Para peneliti menganalisis vokal dalam kata seru dari 131 bahasa, membandingkannya dengan hampir 500 vokal dari vokalisasi yang dihasilkan dalam konteks gembira, menyakitkan, atau menjijikkan.
Mereka memperkirakan bahwa bentuk akustik vokalisasi mencerminkan fungsi adaptif atau sosialnya. “Kami yakin banyak ekspresi vokal yang mempunyai fungsi. Misalnya, tangisan bayi cenderung keras dan kasar, sehingga cukup mengganggu orang tua untuk menghentikan sinyal permusuhan tersebut. Kami berharap ekspresi vokal rasa sakit, rasa jijik, dan kegembiraan juga mencerminkan fungsinya,” kata Pisanski.
Pola Berbeda dalam Vokalisasi Rasa Sakit, Jijik, dan Sukacita
Para peneliti menemukan bukti yang mendukung hal ini dalam vokalisasi: Masing-masing dari tiga emosi menghasilkan tanda vokal yang konsisten dan berbeda di berbagai budaya. Kata seru nyeri juga menampilkan vokal terbuka serupa, seperti “a,” dan diftong lebar, seperti “ai” dalam “Ayyy!” dan “aw” dalam “Aduh!” Namun, untuk emosi jijik dan gembira, berbeda dengan vokalisasi, kata seru tersebut kurang memiliki keteraturan antar budaya. Para peneliti menyatakan keterkejutannya atas temuan terakhir ini.
Tim ini bertujuan untuk memperluas penelitian ini ke lebih banyak budaya dan emosi untuk lebih memahami bagaimana ekspresi vokal tersebar luas dan dari mana asalnya.
Referensi: “Tanda vokal dalam kata seru emosional dan vokalisasi nonlinguistik yang mengungkapkan rasa sakit, rasa jijik, dan kegembiraan dalam berbagai bahasa” oleh Maïa Ponsonnet, Christophe Coupé, François Pellegrino, Garcia Arasco Aitana, dan Katarzyna Pisanski, 12 November 2024, Jurnal Persatuan Akustik Amerika.
DOI: 10.1121/10.0032454