Bagaimana Twister Terbentuk?
Rata-rata twister—siklon udara yang sebagian besar tidak berbahaya yang menghubungkan awan badai di atas dan permukaan bumi di bawah—memiliki jangka hidup hanya beberapa menit. Namun, jika menjauh dari rata-rata, twister dianggap sebagai salah satu peristiwa cuaca paling merusak di dunia. Twister yang paling liar dapat berlangsung berjam-jam dan berdiameter bermil-mil, serta kecepatannya mencapai 300 mil (480 km) per jam. Untuk bersiap menghadapi angin puting beliung yang kuat ini, ahli meteorologi (ilmuwan yang mempelajari pola cuaca atmosfer) telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk menyelidiki penyebab twister. Meskipun kondisi pastinya berbeda-beda untuk setiap twister, untuk memahami bagaimana twister terbentuk, pertama-tama kita harus memahami badai yang pada dasarnya merupakan induknya—badai supercell.
Supercell, tidak seperti badai petir biasa, mengandung bahan terpenting dalam pembuatan twister: kolom udara yang berputar di pusatnya, yang disebut pusaran. Seiring bertambahnya ukuran supercell, pusaran di tengahnya akan mulai miring, menyedot udara hangat dan kelembapan ke atas, serta memuntahkan udara dingin dan kering ke tanah. Aliran udara hangat ke atas menyebabkan pusaran tersebut membengkak karena uap air, sehingga menciptakan awan corong berbentuk spiral di tengahnya—tanda pertama yang terlihat bahwa twister sedang terjadi. Aliran udara ke bawah yang sejuk kemudian melawan spiral awan corong ke atas, memfokuskan awan ke space yang lebih kecil dan meningkatkan kecepatannya. Dengan tekanan dan berat yang cukup dari aliran udara dingin ke bawah, awan corong yang semakin cepat terpaksa mendarat di tanah, dan twister resmi lahir. Di Amerika Serikat, wilayah yang paling sering terjadi twister—di sebagian Texas, Oklahoma, Kansas, dan Nebraska—dikenal sebagai Twister Alley.
Dengan memahami tanda-tanda terjadinya twister, ahli meteorologi dapat mengeluarkan peringatan dan sinyal ke daerah-daerah yang mungkin akan menjadi terlalu acquainted dengan twister tersebut. Sistem pengawasan cuaca seperti radar Doppler menggunakan teknologi yang mirip dengan ekolokasi yang memantulkan gelombang uap air di udara untuk mencatat kecepatan dan pergerakan badai. Sistem ini memungkinkan para ilmuwan untuk mendeteksi tanda-tanda badai supercell jauh sebelum awan corong terlihat.