Merasakan Irama: Bahasa Emosi International Musik
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa musik membangkitkan respons emosional dan fisik yang konsisten secara world, didorong oleh mekanisme biologis yang melekat, bukan budaya. Musik memengaruhi perasaan di berbagai bagian tubuh berdasarkan emosi yang disampaikannya, mendukung perannya dalam ikatan sosial.
Penelitian baru menunjukkan bahwa musik membangkitkan emosi dan sensasi tubuh yang serupa di seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Turku PET Middle di Finlandia, dipublikasikan di Prosiding Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional.
Musik bisa dirasakan langsung di tubuh. Saat kita mendengar lagu favorit kita yang menarik, kita diliputi keinginan untuk berpindah ke musik tersebut. Musik dapat mengaktifkan sistem saraf otonom kita dan bahkan menyebabkan bulu kuduk merinding. Sebuah studi baru menunjukkan bagaimana musik emosional membangkitkan sensasi tubuh yang serupa di berbagai budaya.
Respons Emosional Lintas Budaya terhadap Musik
“Musik yang membangkitkan emosi berbeda, seperti kebahagiaan, kesedihan atau ketakutan, menyebabkan sensasi tubuh berbeda dalam penelitian kami. Misalnya, musik gembira dan menari terasa di lengan dan kaki, sedangkan musik lembut dan sedih terasa di space dada,” jelas Rekan Peneliti Akademi Vesa Putkinen.
Emosi dan sensasi tubuh yang ditimbulkan oleh musik serupa antara pendengar di Barat dan Asia. Sensasi tubuh juga dikaitkan dengan emosi yang dipicu oleh musik.
Musik sebagai Alat Sosial dan Evolusioner
“Fitur akustik tertentu pada musik dikaitkan dengan emosi yang sama baik pada pendengar Barat maupun Asia. Musik dengan irama yang jelas dianggap menyenangkan dan menarik, sedangkan disonansi dalam musik dikaitkan dengan agresivitas. Karena sensasi ini serupa di berbagai budaya, emosi yang dipicu oleh musik kemungkinan besar tidak bergantung pada budaya dan pembelajaran serta didasarkan pada mekanisme biologis yang diwariskan,” kata Profesor Lauri Nummenmaa.
“Pengaruh musik pada tubuh bersifat common. Orang-orang berpindah ke musik di semua budaya dan postur, gerakan, dan vokalisasi yang tersinkronisasi adalah tanda afiliasi yang common. Musik mungkin muncul selama evolusi manusia jenis untuk mempromosikan interaksi sosial dan rasa kebersamaan dengan menyelaraskan tubuh dan emosi pendengarnya,” lanjut Putkinen.
Referensi: “Peta tubuh sensasi musik lintas budaya” oleh Vesa Putkinen, Xinqi Zhou, Xianyang Gan, Linyu Yang, Benjamin Becker, Mikko Sams dan Lauri Nummenmaa, 25 Januari 2024, Prosiding Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional.
DOI: 10.1073/pnas.2308859121
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Aalto College dari Finlandia dan College of Digital Science and Expertise of China (UESTC) dalam bentuk survei kuesioner on-line. Sebanyak 1.500 peserta dari Barat dan Asia menilai emosi dan sensasi tubuh yang ditimbulkan oleh lagu-lagu Barat dan Asia.
Penelitian ini didanai oleh Dewan Riset Finlandia.