Entertainment

Pendidikan dan Remaja

Membantu anak dan remaja menjadi yang terbaik sesuai kemampuan mereka

Tantangan

Anak-anak di Indonesia kini memiliki peluang yang lebih baik untuk bersekolah. namun sekitar 4,1 juta anank-anak dan remaja berusia 7-18 tahun tidak bersekolah. Anak dan remaja yang berasal dari keluarga miskin, penyandang disabilitas, serta tinggal di daerah terpencil dan tertinggal di negara ini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami putus sekolah.

Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi termiskin memiliki potensi lima kali lebih besar untuk mengalami putus sekolah jika dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga berkecukupan. Berdasarkan lokasi geografis, angka ketidaksekolahan anak (ATS) bervariasi mulai dari 1,3 persen di Yogyakarta, sebuah daerah yang relatif makmur, hingga mencapai 20,7 persen di Papua, provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia dan memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi (berdasarkan information Susenas 2020). Hasil analisis dari Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 57 persen anak dan remaja usia sekolah yang memiliki disabilitas tidak mendapatkan akses pendidikan.

Di sisi lain, masih terdapat banyak anak sekolah yang menghadapi kesulitan dalam menguasai keterampilan akademik dasar. Kurang dari separuh siswa usia 15 tahun di Indonesia memiliki kemampuan membaca yang mencukupi, dan jumlah siswa yang mencapai tingkat kemampuan minimal dalam matematika hanya sekitar sepertiga dari keseluruhan siswa (berdasarkan information PISA 2015).

Kehilangan peluang untuk mengembangkan potensi penuh juga menjadi kenyataan bagi banyak remaja. Dari complete 46 juta remaja di Indonesia, hampir 25 persen di antaranya, yang berusia antara 15 hingga 19 tahun, tidak bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, atau tidak mengikuti pelatihan. Tingkat pengangguran remaja mencapai sekitar 15 persen.

Untuk mengoptimalkan potensi anak, perlu dilakukan upaya pembinaan sejak awal kehidupan mereka. Peningkatan akses terhadap layanan pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi fokus, salah satunya melalui program “Satu Desa, Satu PAUD”. Meski demikian, perlu diakui bahwa kualitas layanan PAUD masih memerlukan perbaikan di berbagai aspek. Dari segi akses, Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD secara nasional masih berada pada angka sekitar 30 persen pada tahun 2021, dan hanya sekitar 17 persen di Provinsi Papua.

Solusi

UNICEF, bersama dengan Pemerintah Indonesia, menjalin kerjasama penting dalam upaya meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas bagi anak dan remaja yang berusia 3-18 tahun, terutama yang terpinggirkan seperti anak dan remaja dengan disabilitas serta mereka yang berada dalam situasi kemanusiaan.

Salah satu fokus utama dari kolaborasi ini adalah mengatasi masalah tingginya jumlah anak yang tidak bersekolah (ATS), yang tetap menjadi prioritas utama Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 4 yang inklusif dan berkeadilan pada tahun 2030.

Dalam usahanya, UNICEF memberikan dukungan yang berfokus pada tiga aspek utama: pembuatan bukti, advokasi kebijakan, dan penguatan sistem pendidikan. Dengan mengumpulkan dan menganalisis information yang akurat, UNICEF berperan dalam menyediakan bukti kuat untuk mendukung upaya meningkatkan akses pendidikan yang adil dan berkualitas bagi semua anak dan remaja. Bukti ini menjadi landasan yang diperlukan untuk mengidentifikasi tantangan nyata yang dihadapi oleh kelompok terpinggirkan dan merumuskan solusi yang sesuai.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button